Selasa, 23 Februari 2010

Merasa sendiri

Mendung menggantung di langit kota. wajah abu kemudian menyelimuti, penuh seluruh. Hujan seperti tamu yang masih dalam perjalanan. Sementara manusia2 menyambutnya dengan mempersiapkan diri. Para Pedagang Kaki lima memberesi dagangannya. Semua sibuk dengan aktivitasnya masing2. Sementara Seorang anak kira2 sebelas tahunan, hanya diam memandangi sekelilingnya yang semakin riuh. Apalagi saat titik2 hujan mulai menyapa bumi. Masih jam 3 sore. Tapi karungnya masih separoh, dan hujan akan segera mengguyur.
Dia terus saja mematung di bawah tiang telephon yang mulai tergusur oleh operator seluler itu. Yang tak kreatif tak akan dapat tempat di zaman ini. begitulah kehidupan, terlebih di kota yang semua orang mulai menjadi autis bagi sekitarnya.
Ical, bocah setengah kumal itu tak juga beranjak meski hujan deras menyiram, karena ia sudah janji akan menemui adiknya di tempat ini. Biasanya, kalo berpindah tempat, adiknya akan sedikit bingung dan bisa2 tiga hari lagi mereka bisa ketemu. Seperti perkara beberapa minggu lalu, Ical terpaksa tak memungut sampah di daerah biasa, dia juga tak konsen mencari botol bekas gara2 adiknya belum ketemu. Ternyata adiknya juga mencari dan mereka bertemu di stasiun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar