Selasa, 07 Oktober 2014

Jangan Berhenti, sebab dunia mati!!

Semakin jauh berjalan, semakin enggan mengatakan sesuatu apapun, semakin jauh berjalan semakin ringan kaki, semakin berat membawa lidah. Batang2 perdu telah menghujami bumi dengan dedaunan yg luruh. Entah sebab hujan, angin atau memang sebab sia. Bumi diam dan langit penuh warna. atau bumi yg terputar dan langit yg diam terpana?
Setiap menghentakkan jari, hening datang dan suara gaduh dari jauh pun terdengan, amat nyaring. hanya ketika hening muncul dari celah huruf, yg bisa mendengarkan suara riuh rendah di bumi lain. Menulis adalah ruh keheningan yg merasuk. hilang timbul hingga tak pernah terdengar. Senyap dan tergabung dalam makna. Lihatlah jika semakin mengehening maka setiap desar akan menjadi dentuman.
Dengarkan, saat detik jari mulai terhenti... banyak yg ikut berhenti. Cerita, gosip, langkah-langkah kaki, cita-cita harapan, kasih, Semua seperti jarum jam yang kehabisan baterei. Berhenti seperti tak belanjut. Sekali kau hentakkan lagi tuts, satu huruf terbentuk, menghentak lagi lembut, rangkaiannya menjadi makna kata yg terpaut. Runtut menjadi kalimat. Dan selanjutnya merajut cerita... Satu adegan terlahir. Babak baru ada. Cerita itu tak pernah ada jika kau berhenti mengeja. Cerita tak pernah lahir jika tuts itu membeku.
Dan kau tak boleh terhentu, walau hanya jarimu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar