Senin, 26 Desember 2011

Anak Bukanlah kertas kosong

Pelajaran baru dari rumahinspirasi.com tentang anak. Bakwa mereka bukanlah kertas kosong, seperti yang selama ini menjadi kalimat andalan para orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Jika pola ini yang digunakan, maka yang terjadi adalah pola pasif pada anak karena mereka diangkanggap kertas kosong dan orang tua atau gurulah yang menulisi atau memberi informasi. Pola searah ini akan menghilangkan sesuatu yang dia miliki sepagai potensi yang seharusnya diasah sehingga benar-benar muncul ke permukaan.
Mendapatkan pelajaran itu lantas saya berfikir sekaligus melihat kembali perkembangan Cenna. Saya adalah orang tua yang terngaga melihat pertumbuhan anak saya. Bukan karena "berbangga" diri, sebab saya adalah ibu yang juga worker, sehingga anak saya diasuh oleh orang lain. Rasanya, pengasuhan yang dilakukan baik oleh saya dan pengasuhnya biasa saja.

Sejak bayi, Cenna (maupun bayi2 yang lain saya rasa) memiliki perkembangannya sendiri. Dan jangan mengatanamakan orang tua jika ia bisa ini dan itu. Sebab ternyata cenna punya kebisaannya sendiri. Naluriah, alamiah. Bahkan bukan ayam saja yang lahir lantas bisa jalan sendiri. Anak manusia pun punya nalurinya sendiri sehingga mereka bisa ini dan itu.
Saya ternganga saat saya hanya memberi stimulus sedikit saja untuk berjalan, namun jiwanya yang besar dalam belajar justru mampu mengangkat badannya sendiri dan mengobati saat jatuh. BElajar berjalan bagi Cenna bukan hanya di semangati oleh lingkungan, bukan karena tangan orang lain yang menopang saat kakinya belum mampu menopang. NAmun yang sebenarnya adalah Gurunya yang selalu mengajari dari nurani... Membisikkan kalimat yang tak berwujud.... Pelajaran itu bahkan lebih nyata dari sekedar kalimat yang terucap dari saya, orang tuanya dan pengasuhnya, atau siapapun dalam lingkungannya saat itu.
Ketika berbicara, saya hanya mengajarkan kata saja. Misal ayah, bunda, atau makan... Tapi saya tercengan saat dia bisa menirukannya dan tak ada yang mengajarinya bagaimana pengucapan kata "a-y-a-h" dimana mulut hadus dibuka saat mengucap a dan lidah ditekan sedikit saat pelafalan ya- serta mengeluarkan udara demi membunyikah huruf h. Cena memahami tartil pengucapannya, begitupun b-u-n-d-a , m-a-k-a-n dan banyak kata lain yang saat ini mudah saja diucapkannya menirukan kata ornag lain. Menirukan kata di TV, kata2 orag yang sedang lewat.


Ternyata anak-anak bukan hanya kertas koson. Mereka punya sistem dan punya dasarnya sendiri. Dan pembelajaran itu bukan hanya semata dari kira. Mereka juga punya guru Yang Maha Mengajarkan. Hanya saja bedanya, dia belum lama mengennal karakter dunia dan polanya. Oleh karena itu anak-anak dan bayi2 beradaptasi terhaadap lingkungan barunya. Kita, orang tua adalah partner mereka dalam mengeja alam.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar