Selasa, 11 Januari 2011

Menilik sebentar Kampus

Setiap kali saya mengingat acara kamus setiap itu pula merasa darah perjuangan mengalir deras. Seperti pembela negeri yang teramat heroik. Para hero dadakan yang bertempur selama mereka dalam suatu jabatan... setelahnya, maka itu seperti tinggal kenangan. Begitulah kampus selayak miniatur bangsa. Ada sebuah pemerintahan, rakyat, dan permainan politik mini di dalamnya. Mengenang kampus tak lebih seperti sebuah sistem yang dipakai para pelajar politik menguasai medan.
Namun, setelah lama meninggalkan kampus, apakah kondis itu masih berlaku? ataukah semakin baik perkembangan politik di sana, namun perlu ralat yang lebih cantik dalam penjelasannya. Bukan keseluruhannya, namun adalah organisasi2 mahasiswalah yang seringkali menjadi tempat teduh bagi sang pembawa bendera politik ini.
Sebenarnya tak banyak sesalah bagi mereka untuk mengajar politik di kampus. Itu bagus bahkan sangat mendewasa, namun jika hal ini terlampau ofer dosis, maka pelajaran itu bukan menghasilkan ilmu, namun justru membawa mahasiswa pada skeptisme alur pikir.
Jika sudah demikian maka kampus bukan menjadi arena belajar, namun justru menjadi pemasok anggota partai politik atau bisa dikatakan sebagai mesin produksi bagi sebuah parpol. Namun, hal ini justru banyak dikaitkan dengan sebuah moment pembelajaran. dengan alasan inilah maka politik menjadi kiblat sebagian mahasiswa yang terlampau demam politik. Jelas hal ini tidak sehat.
Oleh karena itu, demi menciptakan arena belajar, bukan arena produksi, maka politik sebaiknya dimainkan dalam porsi yang wajar di kampus. Agar pembelajaran itu menjadi mental yang baik bagi para manusia yang anntinya akan menjadi penerus bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar