Senin, 21 Desember 2009
Cinta Amniotik
... catatan kecil untuk Si Kecil ...
Beberapa hari lagi sebelum kehadiranmu, atau bahkan beberapa jam? Aku tak persis tahu. Banyak yang ingin kuucapkan, tapi sepertinya kaulah yang sudah tahu. Sekian lama kita bernapas bersama, bergerak bersama, merasa bersama. Kau begitu dekat bahkan bersatu dengan tubuhku, tapi tetap saja, di sini aku menanti kehadiranmu.
Perjalananmu kelak hanyalah dari perutku menuju dekapanku. Namun itulah perjalanan yang akan mengubah kita berdua. Mengubah dunia.
Saat kau tiba, aku tak lagi menjadi manusia yang sama. Dan kau juga akan melihat dunia yang berbeda: terra firma. Selapis kulit saja tabir yang membatasi kita, tapi sungguh berkuasa.
Perjalananmu, kata kau dulu, adalah perjalanan yang akan mengingatkan mereka yang lupa. Termasuk aku. Keterpisahan adalah ilusi. Dunia jasad dan dunia roh, dunia materi dan dunia energi; hanyalah dua sisi dari koin yang sama. Hidup tak pernah berakhir mati. Hidup hanya berganti wujud. Dan sepanjang perjalanan bernama hidup, kau dan aku, kita semua, hanya berjalan menembusi satu tabir itu saja. Membolak-balik koin yang sama. Menyeberangi selapis kulit dan daging sebagaimana yang membatasi kita kini.
Kau datang, dengan segala kegenapanmu. Kau datang, bahkan sudah dengan nama. Kau datang, dengan segala pelajaran dan kebijaksanaan. Namun kau juga akan sejenak lupa, katamu dulu. Sama seperti kita semua yang dibuat lupa saat menyeberangi tabir itu. Tolong ingatkan aku, pintamu. Aku memilihmu karena kita pernah sama-sama berjanji pada satu sama lain, lanjutmu lagi. Saat kita berdua masih sama-sama ingat. Saat kita berdua masih sama-sama di sisi lain dari koin ini.
Entah bagaimana aku harus mencintaimu. Kau lebih seperti guru sekaligus sahabat. Waktu kau tiba dalam bentuk mungil dan rapuh nanti, biarlah alam yang mengajarkanku untuk mencintaimu lagi dari nol. Seolah kita tak pernah bertemu sebelumnya, seolah kita tak pernah bercakap-cakap bagai dua manusia dewasa, karena dalam bahasa jiwa semua “seolah” yang kusebut barusan tiada guna. Waktu, usia, dan perbedaan jasad kita, lagi-lagi hanyalah hadiah dari sisi koin di mana kita sekarang tinggal. Hadiah yang harus direngkuh dan diterima.
Sembilan bulan ini mereka bilang aku tengah mengandungmu. Aku ingin bilang, mereka salah. Kamulah yang mengandungku. Seorang ibu yang mengandung anak di rahimnya sesungguhnya sedang berada dalam rahim yang lebih besar lagi. Dalam rahim itu, sang ibu dibentuk dan ditempa. Embrio kecil itu mengemudikan hati, tubuh, dan hidupnya.
Terima kasih telah mengandungku; menempatkanku dalam rimba amniotik di mana aku belajar ulang untuk mengapung bersama hidup, untuk berserah dan menerima apa pun yang kau persembahkan. Kini dan nanti. Manis, pahit, sakit, senang, kau ajari aku untuk berenang bersama itu semua, sebagaimana kau tengah berenang dalam tubuhku dan merasakan apa yang kurasa, mengecap apa yang kumakan, menghirup udara yang kuendus—tanpa bisa pilih-pilih. Kau terima semua yang kupersembahkan bagimu.
Terima kasih untuk perjalanan ini. Untuk pilihanmu datang melalui aku. Untuk pilihanmu hadir di tengah keluarga mungil ini. Untuk proses yang tak selalu mudah tapi selalu indah.
Aku tak sabar untuk mengenalmu lagi. Lagi dan lagi.
(dikutip dari :dee-idea.blogspot.com)
Perspektif huruf
Jangan coba2 untuk menyepelekan tulisan dan huruf, karena bentuk2 unik itu tak jarang dapat mengemas bentuk duni amenjadi tampilan yang sungguh lain di alam imajinasi kita. Dari bentuk inilah terjadi perubahan yang disadari atau tidak, sangat mempengaruhi kehidupan kita.
Selasa, 15 Desember 2009
Pengharapan
Sebenarnya dari kita mengenal baik dan buruk, disanalah saatnya kita tau pengharapan kita. Mau kemana kita nanti... dan akan menjadi apa kita dengan bakat yg juga kita sangat tau...
Jika sudah tau bakat dan tujuan mau kemana, kenapa harus berputar2 untuk sekadar mengikuti keinginan orang lain. Kepantasan umum, dan demi tak memalukannya kita di depan mereka. Hmmm... penyakit ini yg selalu menggerogoti tujuan kita.
Sekarang.... rajut lagi tujuan itu, semaksimal mungkin :
1. jangan lewatkan imajinasi yg sedang menempel di otak kita
2. jangan lewatkan kesempatan untuk bertemu dengan orang yg bisa membantu kita merajut semua tujuan kita
3. Datangi setiap peluang tempat yang bisa membuat jiwa menjadi hidup
4. Sekecil apapun yang mampu kita bayangkan adalah peluang emas... jangan ditinggalkan apalagi diacuhkan, itu adalah hadiah Tuhan atas potesi yang diberikanNya pada kita
5. berkorban, itu mutlak
Jika sudah tau bakat dan tujuan mau kemana, kenapa harus berputar2 untuk sekadar mengikuti keinginan orang lain. Kepantasan umum, dan demi tak memalukannya kita di depan mereka. Hmmm... penyakit ini yg selalu menggerogoti tujuan kita.
Sekarang.... rajut lagi tujuan itu, semaksimal mungkin :
1. jangan lewatkan imajinasi yg sedang menempel di otak kita
2. jangan lewatkan kesempatan untuk bertemu dengan orang yg bisa membantu kita merajut semua tujuan kita
3. Datangi setiap peluang tempat yang bisa membuat jiwa menjadi hidup
4. Sekecil apapun yang mampu kita bayangkan adalah peluang emas... jangan ditinggalkan apalagi diacuhkan, itu adalah hadiah Tuhan atas potesi yang diberikanNya pada kita
5. berkorban, itu mutlak
Rabu, 02 Desember 2009
Langganan:
Postingan (Atom)